Ragam  

Kunjungi Markas Komunitas Balaga, Ini Harapan Danlanmal IX Ambon

Kunjungi Markas Komunitas Balaga

AMBON, SPEKTRUM – Komandan Pangkalan Utama TNI AL (Danlantamal) IX Ambon, Brigadir Jenderal TNI (Mar) Said Latuconsina, mengunjungi kediaman Eggy Piccanusa pendiri komunitas musik Balaga (Bambu Lapis Gaba-gaba) di Dusun Tuni, Kameri Gunung, Negeri Hative, Teluk Ambon, Selasa (23/08/2022).

“Pentingnya melestarikan nila-nilai budaya kita, karena gempuran budaya asing lewat kecanggihan teknologi yang ada sekarang, bisa saja membuat krisis karakter dan identitas serta integritas di kalangan generasi muda,” kata Latuconsina saat bertemu dengan Pimpinan Komunitas Balaga, Eggy Picanussa.

Danlantamal IX dalam kunjungan tersebut didampingi Ketua Korcab IX DJA III Ny Widiya Said Latuconsina ini juga berharap alat musik tradisional ini bisa menginspirasi masyarakat Maluku.

“Kebudayaan ini harus terus kita tanamkan kepada anak cucu kita nantinya, sehingga bisa tetap lestari. Dan ke depan bisa menjadi sesuatu yang bisa juga ditampilkan di pentas nasional maupun internasional,” harapnya.

Untuk itu, Latuconsina mengingatkan pentingnya mengenalkan lagi kebudayaan Maluku, khususnya nilai-nilai budaya ke kalangan anak muda, terutama untuk membendung masuknya pengaruh budaya asing.

Banyak pakar dan pemerhati budaya kata Latuconsina, sudah mengingatkan, bahkan mengkhawatirkan, hal ini sebab jika nilai-nilai budaya atau kebudayaan hilang dan tidak teraktualisasi, maka masyarakat khususnya generasi muda akan kehilangan fondasi etik dan landasan fundamental dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sementara itu, Eggy Picanussa sang pencipta alat musik Balaga, kepada Danlantamal menceritakan sumber inspirasi sehingga diciptakan alat musik tradisional Maluku dari bahan gaba- gaba dan bambu tersebut.

“Bahan-bahan ini kan sering kali juga dibuang dan yang orang tidak menghiraukannya, dari situ saya mencoba untuk membuat sesuatu yang bermanfaat untuk banyak orang. Dan pilihannya jatuh pada pembuatan alat musik.

Alasannya, musik merupakan salah satu hal yang disukai semua orang dan karena bunyi itu bisa juga mempengaruhi emosi dari setiap orang. Akhirnya, diciptakan berbagai alat musik hingga saat ini.

Hingga kini, sudah sekitar 40 alat musik tradisional yang telah diciptakan mulai dari ukulele, suling, biola, trombon, dan tifa yang dibuat dari gaba-gaba serta alat musik bago.

“Alat musik Bago terbuat dari bambu dengan suara seperti alat musik angklung. Tidak hanya usia dewasa, dari kalangan anak-anak dan ibu-ibu rumah tangga pun tergabung dalam komunitas musik

ini,” jelas dosen pada IAKN Ambon.

Picanussa berharap, alat musik yang diciptakan bisa dicintai masyarakat di Maluku, dan juga mengglobal dan semakin dicintai.

“Orang-orang Maluku juga bisa bangga dengan alat musik yang terbuat dari bahan asli Maluku,” katanya berharap. (TIM)