23.8 C
Ambon City
Senin, 9 September 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kualitas Hazmat Pesanan Pemkot Ambon Diragukan

AMBON, SPEKTRUM – Pembuatan Alat Pelindung Diri (APD) khusus untuk Tenaga Medis yang menangani pasien covid-19 harus sesuai dengan standar WHO. Selain itu, konveksi yang menangani pembuatan baju tersebut haruslah yang telah mengantongi lisensi dengan standar baku WHO.

Tapi yang terjadi di Ambon, penjahit yang menjahitkan baju tersebut merupakan penjahit biasa dan mesin jahit yang digunakan juga bukan mesin jahit khusus.

Dari potongan di media sosial dari pemilik usaha jahitan, Ny. Ocha Tahapary/Pattinasarany terlihat mesin jahit yang digunakan merupakan mesin jahit biasa serta hasil jahitan hanya digantung seperti layaknya pakaian sehari-hari. Tidak terlihat ruang steril dan lainnya.

Menyikapi hal ini, salah satu pemuka agama, Christ Sahetapy meminta agar Pemkot Ambon tidak main-main dalam menyiapkan APD untuk tenaga medis yang nantinya menangani pasien terkonfirmasi Covid-19.

“Saya menduga banyaknya tenaga medis yang meninggal akibat terpapar covid-19 bisa jadi disebabkan APD yang digunakan tidak berkualitas,” katanya kepada Spektrum melalui sambungan telepon nya, Rabu (29/04/2020).

Menurut Sahetapy, penjahit hazmat atau baju pelindung Covid-19 haruslah penjahit profesional yang memiliki lisensi dibawa pengawasan Kementerian Kesehatan.

“Tenaga Medis dalam kasus covid-19 merupakan garda terdepan menangani pasien jadi alat pelindung diri yang dikenakan harus terjamin kualitasnya,” tegasnya.

Dikatakan, dari referensi internasional yang dibacanya, virus corona telah bermutasi dengan cepat sehingga memiliki kemampuan menembus pakaian atau serat pakaian yang tidak berkualitas atau berkualitas rendah.

“Bahan baku atau kain yang digunakan haruslah berstandar WHO karena tenaga medis berhadapan langsung dengan pasien covid-19. Apalagi jumlah tenaga medis kita sangat sedikit sehingga keselamatan mereka harus kita utamakan,” tegas Sahetapy.

Sementara itu, pemilik usaha, Ny. Ocha Pattinasarany Tahapary yang dihubungi Spektrum menolak untuk memberikan keterangan.
“Maaf pemilik konveksi sedang keluar, saya lagi sibuk menjahit,” katanya berbohong.

Untuk diketahui, di beberapa provinsi di Indonesia sudah ada Industri Kecil Penjahitan yg membuat APD Hazmat/baju pelindung.

Penjahit APD Hazmat menggunakan mesin jahit kurleb agar tidak meninggalkan lubang kecil pada bekas jahitan, sebab jika ada lubang bekas jahitan maka dikuatirkan virus covid-19 bisa masuk dan membahayakan pemakainya.

Mesin jahit kurleb harganya mencapai Rp 45 juta per unit.
Selain itu, setelah selesai jahit hazmat harus disterilkan diruang sterilisasi. (S-16)

Berita Terkait

Stay Connected

0FansSuka
3,912PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Articles