Kerusakan Fasilitas Umum Masih Didata

AMBON, SPEKTRUM – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Ambon mendata kerusakan fasilitas umum akibat gempa bumi 5,2 SR yang mengguncang Ambon, Kamis (10/10/2019).

Kerusakan dan kerugian infrastruktur pemerintah dan umum akibat gempa sebanyak enam unit yakni dua unit kantor pemerintah Ambon Music Office dan kantor meterologi Perindag, kata Kepala BPBD Demmi Paais, Senin (14/10/2019).

Fasilitas pendidikan satu unit yakni sekolah di perumnas Poka, fasilitas umum yakni IGD RSKD Nania, balai kesehatan mata Ambon – Vlissingen Passo serta pertokoan Maluku City Center. Kerusakan infrastruktur pemerintah yakni pada bangunan dua lantai yang sebagian amblas dan saat ini masih dalam penilaian kerusakan oleh tim Dinas PUPR.

Fasilitas pendidikan mengalami retak dinding, sedangkan fasilitas kesehatan dan pertokoan plafon amblas dan belum dilakukan penanganan.Demmi menjelaskan, kerusakan pemukiman masyarakat sebanyak 656 rumah warga rusak dan juga belum dilakukan penanganan.

“Rumah warga yang rusak saat ini masih didata kerusakan ringan, sedang dan berat, total rumah yang terdata 656 unit rumah,” katanya.

Sementara itu data korban jiwa akibat gempa berkekuatan 5,2 SR yakni satu korban meninggal dunia yaitu Vincent Ananto (13) dan 24 korban luka-luka. Korban luka-luka dengan rincian empat orang dirawat di RS, 10 orang dirawat di rumah dan 10 lainnya menjalani rawat jalan.

“Data yang disampaikan ini merupakan data yang akan terus diupdate melalui kepala desa, lurah dan raja,” timpalnya.

Gempa Susulan 1.520 KaliKepala seksi Data dan Informasi BMKG pusat gempa regional IX Ambon, Andi Azhar Rusdin mengatakan, frekuensi gempa bumi tektonik susulan di wilayah ini sudah mencapai 1.520 kali.

“Frekwensi gempa bumi pascagempa utama pada 26 September 2019 hingga hari ini Senin, (14/10) pukul 13:00 WIT tercatat 1.520 kejadian gempa bumi dan informasi dari masyarakat bahwa yang dirasakan guncangannya sebanyak 176 kali gempa susulan,” kata Andi Azhar di Ambon, Senin (14/10/2019).

Kalau dibandingkan dengan Palu, Aceh, atau Lombok, di Maluku merupakan gempa bumi susulan terbanyak. Kalau gempa bumi tektonik dengan magnitudo 6 itu terjadi pada bidang-bidang yang sangat luas sebab zona-zona patahan ini memiliki batuan yang rapuh sehingga butuh proses untuk menstabilkan zona tersebut.

“Tetapi kita mensyukuri gempa bumi di Maluku ini tidak sebesar yang terjadi di Lombok dan Palu yang gempa susulannya sedikit tetapi magnitudonya di atas lima,” ujarnya.

Gempa bumi susulan yang terjadi di Maluku kekuatannya rata-rata bermagnitudo 3,5 Gempa bumi tektonik yang melanda Pulau Ambon, Haruku, dan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat hingga kini telah mengakibatkan sedikitnya 39 orang meninggal dunia.

Dampak dari bencana tersebut, lebih dari 135 ribu orang mengungsi dan rumah rusak berat, ringan, atau pun sedang mencapai ribuan unit.

ACT Distribusi Bantuan Korban Bencana

Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) menyerahkan 6 truk bantuan kepada korban pengungsi di Desa Liang Kecamatan Salahutu dan Haruku Kecamatan Pulau Haruku Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten Seram Bagian Barat.Penyerahan bantuan tersebut diawali konvoi armada kemanusiaan berupa logistik bantuan untuk masyarakat pengungsi, penyintas gempa Ambon Maluku.

Wahyudi Novian Direktur Program Distribusi kepada wartawan di Sekretariat ACT, Senin (14/10/2019) menjelaskan, hingga saat ini sudah lebih dari 1.500 gempa susulan pasca gempa 26 September 2019.

“Akibat gempa ini, ada sekitar 43 jiwa meninggal dan puluhan ribu yang mengungsi. Ini menjadi konsen bagi kami sebagai lembaga kemanusiaan untuk mengambil peran,” jelas Yudi.

Salah satunya tambah Yudi, humanity respon dan setelah diidentifikasi ada 3 lokasi besar yang diantar merupakan bahan logistik yakni, pangan berupa beras, minyak goreng, susu, selimut, serta beberapa bahan kebutuhan penyintas yang dIbawa dari Posko ACT.

Dikatakan, titik pertama yang diantar adalah Desa Liang, Pulau Haruku dan SBB. “Di SBB ada posko ACT yang siap layani pengungsi. Ini bagian dari rangkaian bantuan kemanusiaan yang akan menyusul karena kita tahu masih banyak masyarakat yang mengungsi, bukan hanya bantuan pangan tapi juga program berikut yakni recovery,” tandasnya.

Sesuai data yang ada, bantuan yang disalurkan untuk memenuhi kebutuhan sekitar 12 ribu pengungsi untuk Liang dan lebih dari 12 ribu untuk SBB dan Pulau Haruku. “Ini bantuan tahap pertama, nantinya bantuan lain akan menyusul. Sebelumnya telah dilayani bantuan medis dan phsyko sosial,” terangnya.

Selain itu, kata dia, ACT telah membuat Dapur Umum lebih dari 5 titik, antara lain, Liang, Wailuhu, Rindam SBB, Haruku, dan Bulubulu. Dan juga layanan medis dilakukan secara mobile dengan beberapa tenaga dokter. Soal jangka waktu, ACT menunggu jadwal pemerintah untuk pengalihan status pemulihan maka program ACT adalah bantuan recovery. (TIM)