Blok Masela Molor Satu Dekade Lagi? SKK Migas: Tetap Sesuai POD

Ilustrasi

AMBON, SPEKTRUM – Pasca wacana Perusahaan migas asal Belanda, Shell telah angkat kaki dari proyek pengembangan lapangan minyak dan gas abadi Blok Masela, Provinsi Maluku, isu susulan terkini meramal, pengembangan proyek migas raksasa itu berpotensi molor hingga tahun 2030 alias satu dekade lagi.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), cepat cepat menangkis rumor tersebut.

Pjs. Kepala Perwakilan SKK Migas Papua dan Maluku, Galih W. Agusetiawan, yang berkantor di Sorong, Provinsi Papua Barat mengatakan, proyek pengembangan migas Blok Masela tetap sesuai Rencana Pengembangan atau Plan of Development (POD).

“Sampai saat ini rencana Pengembangan Lapangan Abadi, masih sesuai dengan tatawaktu persetujuan POD yang disetujui dan saya belum mendengar informasi apapun terkait yang ditanyakan Abang,” kata Galih Agusetiawan, saat dihubungi Spektrum Online melalui telepon seluler, Selasa, (28/7/2020).

Saat ini, kata Galih, dengan dukungan semua pihak terkait, sedang diupayakan persetujuan Amdal untuk bisa didapatkan tepat waktu.

Kalau soal Shell, apakah sudah mundur 100 persen dari proyek pengembangan Blok Masela?

“Pertanyaan tersebut, SKK Migas tidak bisa mewakili Perusahaan yang ditanyakan. Karena kami tidak memilki kontrak langsung dengan mereka. Saya tidak mendapatkan informasi terkait yang ditanyakan,” ujar Galih Agusetiawan.

Menyinggung bagaimana dengan proyek yang di isukan akan molor hingga 2030? namun Galih memastikan proyek pengembangan lapangan migas Blok Masela tetap jalan dan akan sesuai target.

“Harus. Karena ini adalah Projek Strategis Nasional,” ucap Galih Agusetiawan penuh optimistis.

Lalu bagaimana dengan penilaian mantan Presiden Indonesian Petroleum Assotiation (IPA), Tumbur Parlindungan, yang memprediksikan proyek pengembangan lapangan migas Blok Masela akan molor hingga tahun 2030 mendatang?

“Saya juga tidak bisa mewakili pernyataan pak Tumbur. Mungkin bisa langsung ditanyakan ke beliau,” timpal Galih Agusetiawan.

Pemerintah Puaat memasang target Blok Migas Masela akan beroperasi tahun 2026 atau 2027 nanyi. Namun rencana tersebut dinilai akan terkendala alias berpotensi molor hingga tahun 2030 mendatang.

Ramalan itu datang dari eks Presiden Indonesian Petroleum Assotiation (IPA), Tumbur Parlindungan.

Menurut Tumbur Parlindungan, kondisi itu diakibatkan oleh pasokan gas dunia sedang surplus. Sementara Blok Masela itu, belum mempunyai pembeli potensial.

Tumbar berdalil, sebab pasokan gas dunia berlebihan yang sehingga ia memperkirakan hal tersebut akan berdampak pada keputusan akhir investasi atau final investment decision (FID) Blok Masela.

“Menurut saya, karena gas masih oversupply sampai 2026 dan jika FID rampung 2027, perkiraan saya paling cepat operasinya adalah pada 2030,” kata Tumbur Parlindungan, seperti dikutip spektrumonline.com dari REPUBLIKA.CO.ID.

Tumbur berpendapat, Inpex Corporation selaku operator Blok Masela tidak akan melakukan FID apabila pasar dibanjiri para pemain besar industri migas, seperti Qatar dan Petronas. Selain itu, kelebihan pasokan juga memberi peluang bagi pembeli LNG untuk mendapatkan banyak pilihan harga di pasar.

Belum lagi, rencana keluarnya Shell dari Blok Masela, yang ia nilai bakal menambah kompleksitas pengembangan blok migas tersebut.

Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengatakan, Shell telah melaporkan rencana melepas hak partisipasi di Blok Masela. Seluruh prosesnya dilaksanakan secara bisnis bersama Inpex Corporation selaku operator blok tersebut.

“Shell dan Inpex saat ini tengah mencari investor baru untuk Blok Masela,” kata Fatar. (S-14/Republika)